Kejut.com

Minggu, 19 Desember 2010

Ketika berteman dengan bosan

             Judulnya agak berlebihan ya? Siapa coba yang mau berteman dengan dengan kebosanan.  Entah karena apa kebosanan itu muncul, karena tidak ada sesuatu yang bisa dikerjakan atau karena tidak ada minat mengerjakan sesuatu? Sepertinya pilihan yang kedua itu lebih cocok untuk definisi bosan.  

have returned the day, over….and over….again, help me, im  so bored of being bored”

            Kehilangan minat bisa dikarenakan rutinitas berulang yang kita lakukan hari demi hari, sehingga otakpun mulai menginginkan suatu perubahan, mendambakan sesuatu yang baru dan berhentinya rutinitas hidup dari keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Kebosanan tidak selamanya negatife, justru rasa bosan adalah sinyal yang diberikan oleh Tuhan agar kita bisa melakukan suatu perubahan. Yang saya maksud di sini adalah perubahan mindset, karena sesungguhnya pola pikir itulah yang menentukan keadaan kita, nikmati saja kebosanan itu.  Perubahan rutinitas hampir mustahil kita lakukan, yang perlu kita lakukan adalah perubahan cara kita dalam menjalani rutinitas itu. Nah……itu yang saya maksud dengan menikmati kebosanan. Misalnya, kalau biasanya berangkat kerja naik motor, cobalah sekali berangkat kerjanya naik mobil (amiiiinnnn), Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring (wah….kalo yang ini berlebihan), Kalau biasaya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat (asal ga ada yang liat aja, hehehe….), dan kalo biasanya tidurnya merem, cobalah untu tidur dengan mata yang terbuka (aneh….).  
            Perubahan menjalani rutinitas itu juga harus disertai dengan rasa syukur atas hidup kita hari ini, karena cuma hari inilah yang kita punya. Seandainya menjalani hidup dengan kebosanan atau dengan kebahagiaan adalah suatu pilihan, kenapa kita tidak memilih untuk bahagia? Karena tidak ada seorangpun di dunia ini bertanggung jawab atas kebahagiaan kita, entah itu uang, sahabat, suami, family maupun hobi selain diri kita sendiri. Bahagia atau tidaknya hidup bukan ditentukan oleh seberapa kaya diri kita, tapi sejauh mana kita bisa menghargai dan mensyukuri apa yang kita miliki hari ini.

Semoga hari kita menyenangkan :)


By : Dyah Ayu Paramita.
           
           

Sabtu, 18 Desember 2010

Pedang Pura


Para hadirin undangan yang berbahagia, pada siang yang indah ini kita bersama akan menjadi saksi pernikahan antara Letda Laut (K) drg. Nur Ali dengan Sdri. Dyah Ayu Paramita, S.Si yang akan memasuki fase kehidupan baru melalui Prosesi Upacara Pedang Pura dalam keadaan sehat dan berbahagia selalu
            Terdengar MC mulai membacakan pembukaan untuk acara pedang pura kami, barisan berseragam putih sudah siap berbaris berhadapan dengan pedang kehormatan yang mereka angkat hingga membentuk jajaran pedang yang membentuk gapura, kamipun berjalan dibawahnya. Cuaca yang panas sama sekali tidak mengurangi kehikmatan acara saat itu, suasanya begitu hening, para undangan berdiri, tidak ada suara lain yang bisa saya dengar kecuali iringin music dan suara kedua MC yang mengiringi langkah kami berjalan di bawah gapura pedang yang seolah semakin memantapkan kami dalam menjalani kehidupan berumah tangga kedepannya (amin).
            Pada suatu titik kami berhenti, berhadapan, memandang satu sama lain dan dikelilingi oleh pasukan putih yang kembali memainkan pedang mereka hingga membentuk payung. Dengan iringan music yang pelan terdengar MC membacakan IKRAR WIRA SATYA :
Adik....Saat ini dengan Pedang Sakti Wira Samudra, berarti hidupku adalah hidupmu, tugasku adalah tugasmu, dipundaku ku pikul suatu tugas suci prajurit samudra dan itu semua menjadi tugasmu jua....Ya Tuhan...Yang Maha Kasih Pelimpah Kasih, Yang Maha Penyayang Pelimpah Sayang, Kepada-Mu Lah Kupanjatkan Do’a, Kepada-Mulah Kudambakan Rizki, Limpahkanlah Kepada Kami.......Jalan Hidup yang Benar, Tunjukkanlah Kepada Kami ...... Jalan Hidup Yang Terang, Jadikanlah Kehidupan Kami Ini...Kehidupan Yang Berguna, Semoga Kehidupan Kami .........Amin…Amin…Amin…
                              Selama ikrar dibacakan, rasa tegangku berubah menjadi haru, seolah menyadarkan bahwa memang pengertianlah yang menjadi modal utama istri seorang prajurit, siap dengan segala resiko yang menyangkut profesi suami tercinta dan yang mungkin paling penting adalah siap untuk berbagi cinta dengan Negara (HHm....). Bagaimanapun hidup adalah suatu pilihan. Suatu pilihan yang tepat bisa menjadi istri prajurit jika melihatnya dari kacamata yang positif, artinya memang dengan iktikad baik bersedia mendampingi suami tercinta dalam keadaan suka maupun duka (InsyaAllah, amin).
                              Pasukan putih itupun menurunkan pedang kmereka, memberi salam hormat sebagai wujud kehormatan dan dukungan mereka kepada rekannya yang menempuh kehidupan baru. Kemudian inspektur upacara beserta istri membacakan selembar kertas yang berisi peresmian saya menjadi Keluarga Besar TNI Angkatan Laut dan Anggota Jalasenastri. Dan hufh....upacarapun selesai.

                  Oleh : Dyah Ayu Paramita.

Rabu, 15 Desember 2010

Guru SD??

            Adakah yang salah dengan pekerjaanku? (tanyaku dalam hati). Sering sekali aku melihat ekspresi tidak menyenangkan orang-orang yang bertanya “kerja di mana?” setelah mereka mendengar pekerjaanku. Apalagi pertanyaan pertama itu sering sekali diikuti dengan pertanyaan lainnya “memang gajinya berapa? Kok cuma jadi guru SD? Ga sayang ijasahnya?” (ooohhh……what annoying question!), selama ini aku cuma menjawab pertanyaan mereka dengan senyum berharap suatu saat mereka sadar bahwa guru SD lah yang sudah mengajari mereka membaca, menulis, berhitung dengan sabarnya, dedikasinya, loyalitasnya dan dengan keiklhasannya. Yah….KEIKLHASAN, mungkin kata yang sederhana itulah yang membuat kami bertahan walaupun dengan gaji yang sangat sedikit, tapi membuat yang sedikit itu menjadi cukup. Kebahagiaan kami adalah ketika kami melihat anak-anak yang kami ajar bisa membaca dari yang belum bisa membaca, bisa menulis dari yang belum bisa menulis,bisa berhitung dari yang belum bisa berhitung dan suatu KEBANGGAAN yang luar biasa ketika kami para GURU SD adalah orang yang mengambil peran besar dalam membimbing mereka menemukan kondisi terbaik mereka secepat mungkin, kamilah yang pertama mengajarkan mereka tentang DUNIA, menjawab rasa keingintahuan mereka tentang DUNIA yang tidak lebih lama mereka lihat daripada kami tentunya. SO, WE ARE PROUD TO BE A TEACHER ESPECIALLY FOR ELEMENTARY.

By : Dyah Ayu Paramita.

Chemistry

                 Merasakan Kedamaian yang begitu luarrrr biasa, kenyamanan yang tiada terhingga, dan akupun bertanya apakah jiwaku sudah menemukan pasangannya? Bagaimana perasaan ini bisa muncul? perasaan terikat satu sama lain, padahal kami adalah dua orang yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda dan pastinya jenis kelamin yang berbeda (ya iya lah…….). Bagaimana mungkin dua orang ini melangkah bersama dalam suatu sinergi tak berkesudahan dalam suatu ikatan yang bernama pernikahan?
                Then I called it Chemistry. Suatu ikatan kuat yang menyatukan dua unsur yang berbeda yang saling bersinergi dan menghasilkan perpaduan antara keduanya, seperti halnya air, tidak perlu menjadi ahli kimia untuk tahu bahwa nama kimia dari air adalah H2O yang terdiri dari satu atom O yang diapit oleh 2 atom H, apabila kedua atom ini tak berikatan, maka keduanya tidak akan bisa membentuk air.  Ya….. kira-kira seperti itulah bentuk ikatan antara suami dan istri, dua karakter yang berbeda yang diikat dengan suatu ikatan yang sangat kuat, bernama pernikahan. Suatu ikatan yang memungkinkan munculnya keterikatan secara batin karena dibumbui dengan cinta, kasih sayang, toleransi dan rasa saling menghargai.
                Salah satu factor penting yang mampu menguatkan chemistry itu sendiri adalah kemampuan kita untuk menerima pasangan apa danya, sisi baik dan buruknya (InsyaAllah, amin….).  Karena sejatinya laki-laki dan perempuan itu memang berbeda. Bukankah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang bengkok? Apabila tulang rusuk itu lurus maka dia tidak akan berfungsi melindungi dada manusia yang lemah. Wanita diciptakan dengan sifat perasa, lemah lembut. Bukan berarti bengkok itu tidak sempurna, justru itu yang menjadikan wanita itu sempurna karena dengan sifatnya itu wanita bisa merawat anak dan suaminya dengan perasaan senang dan penuh kasih sayang. Sebaliknya apabila laki-laki diciptakan lemah, apakah dia cukup kuat untuk menjadi tulang punggung yang seharusnya kokoh? 


By : Dyah ayu Paramita.

Baktiku


              5 Februari 2010. Aku tiba di Akmil magelang tepat pukul 07.30. Bertemu dengan keluarga mas, mencium dan menggandeng tangan bapak, tangan yang sudah menua dan keriput. Wajar saja, bapak sudah berumur lebih dari 80 tahun, tapi jangan ditanya soal semangat. Semangat yang begitu luarrrrr biasa untuk menempuh perjalanan sekitar 9 jam, sekedar untuk melihat putra yang sudah 3 bulan ini tidak beliau dengar kabarnya, sedikitpun. Upacara ceremonial selesai, kami turun ke lapangan untuk bertemu dengan mas, badan yang begitu kurus dan hitam seolah bercerita lebih banyak daripada kata-kata. Entah apa yang dipikiran bapak saat itu, tidak ada perubahan ekspresi yang bisa ku lihat, datar dan tenang. Cuma ada sedikit senyuman ketika mas mencium tangan dan memeluk bapak (betapa aku ingin menangis saat itu…..).
            20 Juli 2010. Dalam wisuda prasetya perwira dikmapa PK TNI 2010, wisuda mas setelah menyelesaikan pendidikan dasar untuk diresmikan menjadi letnan dua AL. Kondisi bapak tidak sesehat 5 bulan lalu, beberapa kali terdengar bapak menahan batuk. Tapi sekali lagi, tubuh itu tidak terlalu kuat  menghalangi semangat beliau untuk datang melihat putra kebanggaannya dilantik menjadi seorang perwira (what a tough). Begitu kebanggan yang luar biasa bagi seorang bapak. Kebanggaan itu bertambah ketika secara langsung bapak bisa melamarkan aku buat mas. Dan rasa lelah itupun seolah terbayar….. That was showed how much his love with a give that comes straight from his heart.
            Kenapa aku terus bercerita tentang bapak? Bukankah ada ibu? Tidak banyak yang aku tahu, bahkan hanya sekedar melalui cerita. Aku hanya tahu kalau ibu meninggal karena penyakit stroke, tidak lebih. Hingga hari itu, ketika pedang pura telah terangkat, sempat terlihat sedikit air di mata mas. “Apa yang ada di pikiran mas saat itu? Rasa banggakah terhadap almamaternya?” Bukan, alasannya sederhana, rasa haru karena bapak dan ibu tidak bisa melihat mas saat itu. Keadaan bapak yang semakin lemah sudah tidak memungkinkan lagi untuk datang…
Bapak, ibu, seandainya kalian melihatku saati ini….

           
Dyah Ayu Paramita.

our great mom, ever





              Sewaktu kecil dulu, aku sering sekali menangis ketika ibu tidak membelikan aku mainan, sekarang aku baru tahu bahwa waktu itu ibu sedang mendidikku untuk belajar bahwa tidak semua hal yang aku inginkan bias aku dapatka. Sewaktu aku beranjak dewasa aku sering merasa marah dengan ibu, kenapa uang sakuku sangat sedikit berbeda dengan teman-temanku yang lain, sekarang aku baru tahu bahwa waktu itu ibu sedang mengajariku bagaimana cara mengelola keuangan, membuat yang kurang itu menjadi cukup. Tahun pertama aku masuk kuliah, aku juga merasa sangat sedih kenapa ibu tidak menemaniku di hari-hari pertama aku masuk kuliah, sekarang aku baru tahu bahwa waktu ibu sedang mendidik kemandirianku. Aku sering marah ketika ibu membangunkan aku di pagi hari, menyuruhku untuk memasak, mencuci, menyapu dan sekarang aku baru tahu kalau ibu sedang mengajariku untuk mengelola rumah, menyiapkan diriku menjadi istri yang baik untuk suamiku kelak. She set an example worthy to be followed by me to be a good wife and a agreat mom (amin). To me, my mother is a strength and great mom ever. A  very though woman who brought joy and happiness in my family.
            Tuhan. betapa lambat aku menyadari dalamnya kasih sayang seorang ibu, sangat terlambat ketika 4 hari lagi aku akan berpisah dengan ibu dan akan sangat jarang mengunjunginya, betapa takutnya aku ya Allah ketika nanti setiap aku pulang aku melihat uban di rambut ibuku yang semakin bertambah, kulit yang semakin mengendur, badan yang semakin lemah sedangkan aku belum bisa membalas semua yang diberikan ibu walaupun hanya sedikit. Iam going to miss you dearly mom.
The heroes can be found here, amongst people like my parent, especially for my mom, thanks for make everythings so great. I was blessed to have had them.

By : Dyah Ayu Paramita

Getar menuju Akad

            Besok adalah hari suci itu, hatiku bergetar ingin segera rasanya melewatinya. Dag…..dig……dug…..arrrggh….kenapa tidak bisa tidur? Undangan telah disebar dan persiapan acara sudah mendekati sempurna, ratusan mata akan menyaksikan prosesi suci itu dari mulai tetangga, teman hingga saudara. “Mas sudah hafal belum? Ayo di coba lagi. ” Berulang kali aku menanyakan masku hafalan sighat ijab dan Kabul. “Sudah nduuukkkk” kata masku yang sudah mulai sedikit geregetan.
            Keesokannya…….
Saya terima nikah dan kawinnya Dyah ayu paramita binti bapak Ari santoso dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai” Alhamdulillah “SAH.” Mas mengucapkan sighat ijab Kabul itu lancar tanpa pengulangan (kalimat terindah yang akan ku ingat sepanjang masa). Kalimat itu seolah mengangkat beban dan tiba-tiba nafasku terasa sangat ringaaan, Alhamdulillah……..
            Ketika sebuah pernikahan akan diakadkan, maka sesungguhnya perjuangan memang baru akan dimulai. Kata temanku yang udah pernah nikah sih “welcome to the jungle of meaningfull life.” Tapi maksudnya bukan berkemah di hutan lo, xixixixixi (peace… bu tik). Masih banyak halangan dan rintangan yang akan menghadang, tapi menikah atau tidak, bukankah hidup tetaplah sebuah pilihan? dan pilihan itu memastikan, ya…memastikan bahwa kita akan bertemu dengan yang namanya resiko. Buatku pernikahan adalah suatu prestasi yang mengagumkan. Selamat! Sungguh pernikahan adalah hasil dari serentetan tahapan yang penuh perjuangan. Maksudnya perjuangan? Hmmm…….jodoh itu memang sudah ditetapkan, tapi tidak serta merta kita mendapatkan jodoh itu dengan mudah. Bukankah sel sperma manusia saja juga berjuang untuk mendapatkan jodohnya? Mereka meliuk-liuk berenang dan saling bekerjaran dengan jutaan kompetitornya, bagaikan barisan jutaan tentara yang berhasil melewati ganasnya peperangan, sperma yang berhasil masuk ke inti telur adalah sperma yang sangat kuat dan yang lulus seleksi. Nah, tidak berlebihankan kalau tadi saya bilang bahwa pernikahan itu adalah suatu kemenangan? Bergetar hati ini untuk sekali lagi mengatakan bahwa pernikahan adalah hasil perjuangan yang menakjubkan, perjuangan untuk melawan keegoisan yang dikalahkan dengan rasa ingin berbagi, perjuangan untuk mengakhiri penantian atas alasan financial yang dikalahkan dengan kerja keras untuk mau berusaha dan perjuangan untuk menyelamatkan diri dari segala fitnah dan kerusakan. Ketika semua yang haram menjadi halal, “Maka nikmat Tuhan yang manakah, yang kamu dustakan?”

By : Dyah Ayu Paramita.