Kejut.com

Kamis, 15 September 2011

Dibali peran pekerjaanku.

    Cerita ini bermula disebuah ruang tunggu, disana kami memulai perbincangan, dari situ saya tahu bahwa ibu itu adalah seorang ibu dengan 2 orang anak yang berprofesi sebagai seorang guru di sebuah SDIT di mataram. Sebagai seorang mantan pengajar, sayapun mulai asyik membicarakan tentang perkembangan anak dengan ibu itu, pembicaraan ngalor ngidul ini sampai pada pertanyaan : ‘’Ngga ada niat untuk mencari pekerjaan lagi mb? daripada nganggur di rumah nanti bosan lagiankan sayang ijasahnya.’’ Pertanyaan yang sebenarnya sudah seringkali aku dengar dan akupun menjawab dengan jawaban yang sama :“suami saya lebih suka saya di rumah bu.” Begitupun juga dengan saya, saya lebih menyukai saat saya harus bangun lebih pagi untuk menyetlika baju yang akan suami saya pakai untuk berangkat bekerja, menyiapkan sarapan untuknya, menemaninya sampai ke depan pintu, mengantarnya dengan kecupan dan melambaikan tangan hingga sepeda motornya membawanya menjauh dari matanya saya begitupun ketika saya selalu ada di rumah untuk menyambutnya  pulang dengan makanan yang sudah siap dan rumah yang sudah rapi.

            Saya sangat paham, pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak produktif dan sering sekali di pandang sebelah mata. Urusan remeh temeh yang tak jauh  dari  “ dapur dan “kasur” menjadi salah satu alasannya. Sehingga banyak sekali wanita yang merasa minder jika ditanya masalah pekerjaan. Apalagi bila wanita yang menjadi seorang ibu ini mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, ada yang memandang kasihan karna disayangkan setelah sekolah tinggi-tinggi ternyata “hanya” menjadi seorang Ibu Rumah Tangga.
Tapi saya tidak dan sama sekali tidak pernah minder dengan status saya yang menurut sebagian orang “hanya” sebagai ibu rumah tangga.
            Dibalik itu semua, pernahkah kita dasari betapa besarnya peran seorang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga? Untuk urusan dapur istri bagaikan koki pribadi, dia mampu memilah dan merekam makanan apa yang disukai dan apa tidak disukai suami, dan selalu memastikan bahwa makanan yang dimasak adalah makanan yang sehat untuk suaminya. Dia bagaikan menteri keuangan di rumah, menyisihkan uang belanja, memilah milah antara kebutuhan yang perlu dan tidak perlu  agar cukup. Istri juga bagaikan manager pribadi yang selalu tahu baju apa yang cocok untuk dipakai suaminya, dan yang tidak kalah penting, istri adalah partner untuk berdiskusi dan berbagi, dan istri adalah teman yang paling asyik untuk bercerita dan diajak bercanda. Semua kami lakukan dengan CINTA. Ketika kami menjadi ibu nanti kami juga akan menjadi guru pertama bagi anak-anak kami, ditangan kamilah karakter yang kuat akan terbentuk yang akan menciptakan generasi yang tangguh nanti dan sebuah kebahagiaan dalam sebuah rumah ada karena peran seorang ibu yang memberikan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya dengan penuh ketulusan. Bukankah dibalik kesuksesan pria ada wanita yang luar biasa dibelakangnya? ^.^

Dyah Ayu Paramita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar